Ramai Kata...CInta Itu Buta
Selama lebih dari Dua puluh tahun menjalani kehidupan (mungkin baru sadar menjalani kehidupan setelah berusia 3 tahun), berbagai bentuk cinta kutemui. Dari bentuk paling sederhana, cinta monyet, ke bentuk yang paling mendalam, cinta orang tua kepada anaknya.
Cinta Monyet, sederhana sekali. “Aku sayang kamu, sayangkah kamu kepadaku? Kalau btol, mari kita pacaran” "Kite COuple erk" Hahahaha..bukankah ini bentuk paling sederhana? Waktu itu Indah bercakap tentang cinta yang sebenarnya tidak kumengerti sedikit pun. Yang kutulis di buku harian dan di surat-surat yang terkirim ke “yang tercinta” tidak lain ucapan orang lain. Indah, membuai, melelapkan, menenggelamkan diri dalam impian. Cinta monyet hanyalah rasa suka, suka memperhatikan dan suka diperhatikan, namun tetap memegang peranan penting karena itulah titik awal manusia menyadari kebutuhan mencinta dan dicintai; bagaimana seseorang merasa membutuhkan perhatian orang lain, orang yang khusus; pengalaman pertama dengan rasa cemburu; dan pengalaman pertama putus asa karena tidak mendapatkan balasan; serta pengalaman pertama bersama-sama membagi perasaan kepada orang lain di luar keluarga. Sembilan puluh persen cinta monyet ini berujung pada kegagalan; putus. Salah satu penyebabnya adalah ini pengalaman pertama. Pergolakan perasaan akan mengejutkan. Bagaimanapun Indah sadar, setelah putus, akan Ego yg tinggi. Belum lagi ditambah dengan tuntutan-tuntutan di luar diriku di mana dalam usia muda belum dapat menghadapi kehidupan ini. Singkat kata, belum dewasa.
“Cinta itu buta. Ia bermula dari ujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda“
(Kahlil Gibran)
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home